Minggu, 17 Februari 2013
Kayau dan Perjanjian Tumbang Anoi
Kayau
itu adalah kata-kata yang sangat angker dan menjadikannya momok menakutkan bagi
masyarakat yang belum mengenalnya.
Menurut
pandangan orang Dayak kepala itu adalah memiliki kekuatan supranatural yang
sangat tinggi dan juga sebagai simbol tingginya strata/status sosial seseorang
di dalam masyarakat apabila semakin banyak mendapatkan kepala, bahkan dalam
tradisi adat Dayak Kenyah apabila seseorang tersebut memiliki banyak kepala
hasil mengayau, maka akan berhak memiliki Taring Macan Kumbang di
telinga, dan di sebagian daerah kalimatan ini kehormatan tersebut bisa
diberikan dengan cara membuatkan motif tato khusus ( tergantung daerah ).
Biasanya semakin banyak hasil kayau itu bisa dilihat dari Mandaunya (terutama
Dayak yang di Kalteng), yaitu ketika semakin banyaknya Rambut di Hulu Mandau
dan juga semakin banyak tato yang iya punya seperti tato melingkar ( biasanya
para Pangkalima yang memilih tato ini ).
Riwayat Rapat Damai Tumbang Anoi
Menurut data yang kami peroleh dari catatan almarhum Pendeta A.R Nyaring
(74), seorang cucu Damang Batu, yang tinggal di di desa Tampang,
kecamatan kurun, yang memperolehnya dari salah seorang peserta Rapat
Damai, yaitu Dambung Nyaring almarhum, sbb: ketika belanda mulai masuk
pulau Borneo (kalimantan) pada zaman itu berada dalam keadaan yang
sangat rawan, terutama di daerah pedalaman karena terjadi permusuhan
antar suku yang dikenal dengan istilah “tiga H”: hakayau, habunu,
hatetek (saling mengayau, saling membunuh, saling memenggal).
Sejarah Berdirinya Kota Sampit Kalimantan Tengah
Orang pertama yang membuka daerah kawasan
Sampit pertama kali adalah orang yang bernama Sampit yang berasal dari
Bati-Bati, Kalimantan Selatan sekitar awal tahun 1800-an. Sebagai bukti
sejarah, makam “Datu” Sampit sendiri dapat ditemui di sekitar Basirih.
“Datu” Sampit mempunyai dua orang anak yaitu Alm. “Datu” Djungkir dan
“Datu” Usup Lamak. Makam keramat “Datu” Djungkir dapat ditemui di daerah
pinggir sungai mentaya di Baamang Tengah, Sampit. Sedangkan makam
“Datu” Usup Lamak berada di Basirih.
Selasa, 22 Januari 2013
Mengubah Background GRUB2 di LinuxMint 8 (Helena)
Setelah berhasil mengubah isi grub2 di Linux Mint 8 Helena (Ubuntu 9.10 KarmicKoala) maka kali ini kita akan mencoba memodifikasi tampilan grub
supaya beda dengan yang lain. Kalau di Linux Mint 8, tampilan grub memiliki
latar belakang (background) hijau khas Linux Mint (kalau Ubuntu 9.10 saya gak
gitu tahu). Nah sekarang kita akan mencoba menggantinya dengan sesuatu yang
lain, maksudnya diganti dengan wallpaper atau gambar lain sesuai dengan selera
anda masing-masing. Silahkan persiapkan amunisi yang diperlukan untuk
melaksanakan misi kali ini :
- Pertama buka Terminal/Konsole dan ketikkan su (atau pakai sudo kalau pengen cara yang agak beda?). Masukkan password root. Kalau belom tahu caranya silahkan baca tulisan Mengubah Password Super User.
- Ketikkan chmod 775 /boot/grub/grub.cfg lalu tekan enter.
- Setelah itu ketikkan gedit /boot/grub/grub.cfg lalu tekan enter.
- Nah langkah berikutnya, tekan tombol Alt + F2 kemudian ketikkan gksu nautilus lalu tekan enter dan masukkan password user anda (password ini seperti ketika anda mengetikkan sudo di Terminal/Konsole).
- Cari gambar yang ingin anda jadikan background dan pastikan ukuran pixelnya adalah 640 x 480 pixel (atau ubah dulu dengan software image editing semacam Krita, The GIMP dan sejenisnnya). Kemudian copy gambar itu ke lokasi /boot/grub/
- Kembali ke file grub.cfg dan edit bagian if background_image /boot/grub/linuxmint.png ; then baris 50 kalau di tempat saya. Ganti linuxmint.png dengan nama file yang tadi anda copy-kan ke /boot/grub/
- Anda juga bisa mengedit tampilan warna tulisan di grub dengan mengedit bagian set color_normal dan set color_highlight dengan warna sesuai keinginan anda.
Kalau udah selesai tekan Ctrl + S
dan tutup gedit, restart komputer/laptop dan lihatlah perubahan yang terjadi
dengan grub anda. Kalau tampilannya berubah berarti anda sudah berhasil.
Langganan:
Postingan (Atom)